Refleksi Kepemimpinan: Meninjau Kembali Peran Kepala Madrasah dalam Mengemban Visi Muhammadiyah

Refleksi Kepemimpinan: Meninjau Kembali Peran Kepala Madrasah dalam Mengemban Visi Muhammadiyah

Oleh : Adhan Chaniago, S.Pd., S.H., M.Pd., M.M

Kepala Madrasah memiliki peran krusial dalam membentuk arah dan keberhasilan lembaga pendidikan yang mereka pimpin, terutama di lingkungan Sekolah Muhammadiyah. Sebagai garda terdepan dalam pendidikan, seorang kepala sekolah haruslah visioner dan mengikuti teladan KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, yang terkenal dengan kepemimpinannya yang progresif dan adaptif terhadap zaman.

Pada masa sekarang, tantangan kepemimpinan semakin kompleks dibandingkan saat Muhammadiyah pertama kali berdiri. Kepala Madrasah dituntut untuk tidak hanya menjaga nilai-nilai esensial yang ditanamkan oleh pendiri, tetapi juga harus responsif terhadap kebutuhan dan dinamika zaman yang terus berubah. Kepemimpinan yang efektif tidak lagi hanya sekedar memegang jabatan secara nominal atau sebagai formalitas semata, melainkan memerlukan pengelolaan dan manajemen yang konkret dan efisien.

Menurut Permendikbud Nomor 13 Tahun 2007, kompetensi kepala sekolah mencakup aspek kepribadian, manajerial, supervisi, kewirausahaan, dan sosial. Setiap aspek ini harus terintegrasi dalam praktek kepemimpinan sehari-hari untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan dapat beroperasi dengan lancar dan mencapai tujuan pendidikannya.

Kegagalan dalam kepemimpinan sering kali ditandai dengan beberapa indikasi seperti pengelolaan keuangan yang buruk, kurangnya pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM), minimnya perhatian terhadap humas dan publikasi, serta ketidakmampuan dalam merangkul dan memobilisasi potensi alumni dan stakeholders. Juga, penting bagi seorang kepala Madrasah untuk mampu memisahkan kepentingan pribadi dari kepentingan institusi, sebuah hal yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan persepsi negatif dan kegagalan kepemimpinan.

Lebih jauh, loyalitas dan dedikasi SDM menjadi faktor penentu dalam menyukseskan visi madrasah. Hal ini mencerminkan pentingnya kepala madrasah untuk aktif melibatkan masyarakat sekitar dan mempromosikan madrasah secara efektif, termasuk dalam kegiatan penerimaan peserta didik baru (PPDB). Ironisnya, ketika seorang kepala Madrasah lebih memilih menyekolahkan anaknya di tempat lain dan tidak aktif mempromosikan madrasah yang dipimpinnya, ini secara tidak langsung mencerminkan kurangnya kepercayaan terhadap kualitas pendidikan di madrasah tersebut.

Proses refleksi dan evaluasi diri merupakan langkah penting yang harus dilakukan oleh kepala Madrasah dan guru-guru di dalamnya. Mereka perlu mengevaluasi dan merenungi praktik-praktik yang telah dilakukan, mengidentifikasi kekurangan, dan berani menerima kritik serta saran yang konstruktif untuk peningkatan kualitas. Berani mundur dan memberikan kesempatan kepada kader yang lebih kompeten menjadi langkah berani yang mendukung regenerasi dan peningkatan kualitas madrasah.

KH. Ahmad Dahlan mengajarkan kita untuk menghidupi Muhammadiyah, bukan mencari hidup dari Muhammadiyah. Filosofi ini harus menjadi landasan etos kerja setiap kader Muhammadiyah, termasuk dalam menjalankan tugas sebagai kepala Madrasah. Menghidupi nilai-nilai ini berarti menjalankan amanah dengan ikhlas dan bertanggung jawab, tidak hanya untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kemajuan bersama.

Dalam merenungi peran serta tanggung jawab yang diemban, kepala Madrasah harus selalu berorientasi pada kemajuan dan keberhasilan madrasah yang dipimpinnya, selaras dengan visi dan misi Muhammadiyah. Melalui refleksi yang mendalam dan tindakan yang tepat, kepala Madrasah dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya menjalankan roda pendidikan, tetapi juga membawa pengaruh positif yang berkesinambungan bagi peserta didik dan masyarakat luas.